Medikamentosa Dalam AIDS
Medikamentosa Dalam AIDS
Medikamentosa
Peningkatan harapan hidup pada pasien dengan manifestasi klinis dapat meningkat dengan diagnosis dini, pemberian preparat zidovudin, pengobatan komplikasi serta penggunaan. Antibiotic sebagai profilaksis secara luas, Saat ini pengobatan yang sering dilakukan adalah inhibitor enzim yang diperlukan untuk replikasi virus, seperti inhibitor reverse transcriptase dan protease. 9 Setelah itu dikembangkan inhibitor protease seperti indinavir, ritonavir, dan nefinavir. Sampai saat ini food and drug administration (FDA) amerika telaah mengizinkaan penggunaan sekitar 20 jenis obat-obatan.
Infeksi Dini
CDC menyarankan pemberian antiretroviral pada keadaan asimtomatik bila CD4<300mm3, dan CD4<500mm3 pada keadaan simtomatik.10 Obat-obat yang digunakan, yaitu
- Zidovudin (ZDV) merupakan analog nukleosida yang telah terbukti menurunkan angka kematian, insidens infeksi oportunistik, dan gejala umum pada pasien AIDS yang talah menunjukkan gejala klinis. Zidovudin ini bekerja dengan menghambat kerja enzim reverse transcriptase. Obat ini menekan P24 antigenaemia, dan memproduksi a modest biasanya transient, meningkatkan hitung sel CD4. Dosisnya 500-600 mg/hari, dan diberikan setiap 4jam 100 mg. Jika penderita tidak mempunyai sifat toleran terhadap ZDV maka bisa di gunakan Didanosin (DDI) dengan dosis 2x100 mg, setiap 12 jam dengan beran badan kurang dr 60 kg. Jika berat badan lebih dari 60 maka di berikan 2x125 mg setiap 12 jam.
- Didanosis (DDI), digunakan bila penderita tidak tolera terhadap ZDV, atau sebagai pengganti ZDV sudah amat lama digunakan, atau bila pengobatan dengan ZDV tidak menunjukkan hasil. Dosis 2 x 100mg/12 jam (BB<60 kg) atau 2 x 125mg/12 jam (BB>60kg)
Terapi Gen
Pendekatan lain yang dilakukan adalah terapi gen yaitu pengobatan yang dilakukan dengan mengintroduksikan gen anti HIV ke dalam sel yang terinfeksi oleh virus HIV. Gen ini bisa berupa antisense dari salah satu enzim yang di perlukan unttuk replikasi virus tersebut atau ribozyme yang merupakan antisense RNA dengan kemampuan untuk menguraikan RNA target. Antisense yang di introduksikan dengan vektor akan menjalani proses transkripsi menjadi RNA bersamaan dengan messenger RNA virus (mRNA). Setelah itu, RNA antisense ini akan berinteraksi dengan mRNA dari enzim tersebut dan mengganggu translasi mRNA sehingga tidak menjadi protein. Karena enzim yang diperlukan untuk replikasi tidak berhasil di produksi, otomatis HIV tidak akan berkembang baik di dalam sel. Sama halnya dengan antisense, ribozyme juga menghalangi produksi suatu protein tapi dengan cara menguraikannya mRNA-nya
Profilaksis
Indikasi pemberian profilaksis untuk Pneumocytis carinii pneumonia (PCP) ialah bila CD4<200mm3, terdapat kandidiosis oral yang berlangsung lebih dari dua minggu, atau pernah mengalami PCP di masa lalu.sedangkan profilaksis pada tuberculosis diberikan bila tes kulit PPD 5 mm dengan indurasi.
Stadium lanjut
Pada stadium ini banyak yang dapat terjadi, umumnya infeksi oportunistik yang mengancam jiwa. Oleh karena itu perlu penanganan multidisipliner. Obat yang dapat diberikan adalah ZDV dengan dosis awal 1000 mg/hari dalam waktu 4-5 kali pemberian (BB 70 kg).
Fase Terminal
Pada fase terminal, yakni pasien sudah tak teratasi, pengobatan yang diberikan hanya simtomatik dengan tujuan pasien merasa cukup enak, bebas dari rasa mual dan sesak, mengatasi infeksi yang ada, dan mengurangi rasa cemas.
Non Medikamentosa
Mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah serta obat yang dapat mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan adalah cara yang paling tepat untuk menurunkan insidens penyakt ini. Pemberian vitamin dengan dosis sedang higga tinggi selama sedikitnya 2 tahun yang dimulai sejak awal infeksi HIV ternyata berhasil memperlambat progresivitasnya menjadi AIDS. Status gizi, sanitasi dan dukungan psikososial juga berperan penting dalam penatalaksanaan ini.
Posting Komentar untuk "Medikamentosa Dalam AIDS"