Teknik Inseminasi Buatan dan Manfaatnya
Teknik Inseminasi Buatan dan Manfaatnya
Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “ insemination gun”.
Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
- Memperbaiki mutu genetika ternak.
- Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama.
- Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur. d. Mencegah penularan dan penyebaran penyakit kelamin.
Penerapan IB pada ternak ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu:
- Semen beku
Permasalahan utama pada semen yang dibekukan adalah adanya pengaruh kejutan dingin (cold shock) terhadap sel yang dibekukan dan perubahan- perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang bertalian dengan pembentukan kristal-kristal es. Kristal-kristal es yang terbentuk akan merusak sel spermatozoa secara mekanik, permeabilitas membran sel berubah dan pada saat proses thawing (pencairan kembali semen) menyebabkan spermatozoa mati. Untuk menghindari hal tersebut maka proses penanganan semen selama pembekuan harus menjadi perhatian utama, diantaranya penambahan kriprotektan (seperti gliserol) ke dalam pengencer untuk meminimalkan pembentukan kristal-kristal es, pengaturan waktu ekuilibrasi, penyimpanan semen dalam kontainer (berisi N2 cair) dan tidak boleh dipindah-pindahkan atau dikeluarkan lewat mulut kontainer, serta ketepatan waktu, dan suhu thawing. Salah satu penyebab tingginya kematian spermatozoa setelah thawing adalah terjadinya perubahan suhu semen beku dalam kontainer akibat manipulasi semen beku di dalam kontainer N2 cair tidak benar. Standar minimal kualitas semen beku ditinjau dari motilitas spermatozoa untuk digunakan dalam program IB adalah 40 %.
- Ternak betina sebagai akseptor IB
Betina sebagai akseptor IB harus sehat organ dan saluran reproduksinya atau dengan kata lain tidak terjadi gangguan pada organ dan saluran reproduksi, karena bila terjadi gangguan akan menyebabkan terjadinya kegagalan proses pembuahan. Pengaruh yang ditimbulkan apabila terjadi gangguan reproduksi pada ternak betina adalah tanda-tanda fisiologis yang menunjukkan bahwa ternak tersebut berahi tidak nampak, dalam pengertian pengeluaran lendir melalui vulva, vulva bengkak, dan vulva berwarna merah tidak nampak.
- Keterampilan tenaga pelaksana (inseminator)
Keterampilan teknisi berkaitan erat dengan kemampuan inseminator untuk melakukan inseminasi dengan tepat sasaran dan waktu, dan ini berkaitan erat pula dengan tingkat pengetahuan zooteknis peternak.
- Pengetahuan zooteknis peternak
Peternak harus mampu pula mendeteksi berahi pada ternak betina, apakah berahi atau tidak dan melaporkan kejadian berahi dengan tepat waktu kepada inseminator.
Keempat faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila salah satu nilainya rendah menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal. Apabila semua faktor di atas diperhatikan diharapkan bahwa hasil IB akan lebih tinggi atau hasilnya lebih baik dibandingkan dengan perkawinan alam. Hal ini berarti dengan tingginya hasil IB diharapkan efisiensi produktivitas akan tinggi pula, yang ditandai dengan meningkatnya populasi ternak dan disertai dengan terjadinya perbaikan kualitas genetik ternak, karena semen yang dipakai berasal dari pejantan unggul yang terseleksi.
Prosedur yang dilakukan dalam tekni IB adalah :
- Teknik IUI (Intrauterine Insemination) Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke lubang uterine (rahim).
- Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination) Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum).
Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan kedalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15 menit.
Manfaat penerapan IB pada ternak adalah sebagai berikut:
- Bibit ternak yang baik selalu tersedia dan mudah diperoleh. Dengan IB, pejantan bergenetik unggul telah terbukti kebaikannya dan bisa disediakan untuk hampir semua peternak.
- Mengurangi terjadinya bahaya, pekerjaan, dan biaya perawatan. Dalam IB, jumlah pejantan yang dipelihara semakin sedikit sehingga mengurangi biaya perawatan.
- Hasil persilangan (cross-breeding) yang tidak disukai dapat dihindarkan.
- Sangat berguna untuk digunakan pada betina-betina yang berada dalam keadaan estrus dan berovulasi tetapi tidak mau berdiri untuk dinaiki pejantan.
- Dapat menghindari penyakit yang bersifat venereal. Penyakit-penyakit venereal seperti vibrosis dan trichomoniasis yang dapat menyebar dari ternak betina satu ke ternak betina yang lain pada waktu perkawinan alam dapat dihindarkan melalui IB.
- Dapat memanfaatkan ternak jantan yang invalid, lumpuh, patah kaki, dan sebagainya yang tidak dapat mengawini betina secara alamiah melalui proses penampungan semennya.
- Memperbaiki tingkat dan efisiensi seleksi genetik dan meningkatkan performans produksi ternak.
- Adanya IB akan memberikan kemungkinan kesuburan (fertilitas) ternak karena semen diolah dengan baik dan diinseminasikan dengan tepat waktu, serta dapat memberikan gambaran tentang kondisi peternakan di suatu daerah.
- Memungkinkan bertemunya suatu pasangan ternak yang tidak serasi, misalnya pejantan yang besar dengan ternak betina yang kecil atau sebaliknya. Bila ternak-ternak tersebut kawin secara alamiah, maka akan sangat sulit tercapai dan bisa menimbulkan keadaan fatal berupa luka-luka atau patah tulang (Hafez, 1993).
Penerapan IB ini sudah hampir lima puluh tahun, namun tetap saja masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat (petani/peternak) sebagai penggunanya karena hasil dari penerapan teknologi ini berfluktuasi dari tahun ke tahun. Penerapan IB berhubungan erat dengan aspek kesehatan dan penyelamatan dari kepunahan ternak asli (animal welfare). Problem utama dalam sistem animal welfare dalam kaitannya dengan penerapan teknologi adalah efisiensi produksi. Problem ini berkaitan erat pula dengan beberapa faktor, diantaranya (1) ekspresi gen (pertumbuhan yang cepat atau produksi susu tinggi), (2) teknik perkawinan, dan (3) mutasi gen (Toelihere, 1985).
Disamping itu hasil IB masih sangat bervariasi, dan hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- Jumlah spermatozoa yang diinseminasikan.
- Kualitas spermatozoa.
- Pejantan yang digunakan.
- Estrus alamiah atau dengan sinkronisasi estrus.
- Letak semen dideposisikan.
- Jarak antara kelahiran terakhir dengan inseminasi
- Umur dari induk yang diinseminasi.
- Waktu inseminasi.
- Faktor pakan, temperatur, dan tingkat stress ternak.
Posting Komentar untuk "Teknik Inseminasi Buatan dan Manfaatnya"