Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Keadaan Koloid Antara Suatu Larutan

Pengertian Keadaan Koloid Antara Suatu Larutan

Keadaan koloid merupakan keadaaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdivisi ini, bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan ciri dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan, 1984: 455).

Untuk memudahkan pembahasan sistem dispersi koloid, digunakan fase terdispersi berupa padatan dan fase pendispersi yang umum, yaitu air. Ukuran partikel zat terdispersi dalam koloid lebih besar daripada ukuran partikel di dalam larutan, tetapi lebih kecil daripada ukuran partikel zat yang terdispersi di dalam suspensi. Partikel zat terdispersi berukuran antara 10-7 cm sampai dengan 10-5 cm (1 nm – 100 nm) (Sutresna, 2007: 293).

Koloid seperti pada larutan kopi dan pada perairan rawa/gambut, bila dibiarkan dalam waktu yang lama, tidak akan terjadi proses pemisahan ataupun pengendapan. Bahkan dengan proses penyaringan/filtrasi, terkecuali dengan proses membran koloid sukar berdifusi karena ukuran partikelnya yang relatif besar. Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan/memendarkan sinar yang mengenai larutan tersebut. Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan partikel dari larutan kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan ion-ion dalam larutan. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif (Team Dosen Teknik Kimia, 2009: 47).


Dalam analisis kualitatif, kadang-kadang terjadi, bahwa suatu zat tak muncul sebagai endapan ketika pereaksi-pereaksi terdapat dalam konsentrasi sedemikian, sehingga hasil kali kelarutan zat itu telah jauh dilampaui, dan telah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya keadaan lewat-jenuh dari larutan tersebut. Begitulah, bila hidrogen sulfida dialirkan melalui larutan arsenik (III) oksida yang telah didinginkan, tak ada endapan yang dapat dibedakan bila kita memandang melalui campuran yang dihasilkan. Tetapi, larutan itu mendapat warna yang kuning tua, dan bila dipandang dengan cahaya terpantul, akan nampak adanya kabut (opalesens). Jika suatu berkas cahaya yang kuat dilewatkan pada larutan dan larutan ini diamati dengan mikroskop yang tegak lurus terhadap cahaya masuk, akan terlihat pembauran cahaya (titik-titik terang dengan latar belakang gelap). Pembauran cahaya ini ternyata disebabkan oleh terpantulnya cahaya oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam larutan (G. Svehla, 1985: 91).

Keadaan koloid bahan ditandai oleh ukuran-ukuran partikelnya yang terletak dalam daerah tertentu, yang mengakibatkan sifat-sifat khas tertentu dapat terlihat. Sifat-sifat koloid umumnya diperlihatkan oleh zat-zat yang ukuran-ukuran partikelnya terletak dalam batas antara 0,2 µm dan 5 nm (2×10-7 dan 5×10-9 m). Kertas saring biasa akan menahan partikel-partikel sampai diameter 10-20 µm (1-2×10-5 m), sehingga larutan koloid sama seperti larutan sejati, akan lolos melalui kertas saring biasa (ukuran ion adalah pada tingkat (order) 0,1 nm = 10-10 m). Batas penglihatan dibawah mikroskop adalah sekitar 5-10 nm (5-10× 10-9 m). Karena itu larutan koloid bukanlah larutan sejati. Penelitian yang lebih seksama menunjukkan bahwa larutan ini tak homogen, tetapi terdiri dari suspensi partikel-partikel padat atau cairan dalam suatu cairan. Campuran semacam ini dikenal sebagai sistem dispersi, cairannya (biasanya air dalam analisis kualitatif) disebut madium dispersi dan koloidnya disebut fase dispersi (G. Svehla, 1985: 92).

Keadaan koloid bukanlah suatu ciri dari zat tertentu apapun; praktis semua zat, apakah dalam keadaan normal berbentuk gas, cairan ataupun zat padat, dapat dijadikan koloid. Ada tiga bentuk yang diidealkan (dari) materi koloid, yaitu laminar, fibrilar dan korpuskular. Untuk materi dalam bentuk butiran, diameter menunjukkan ukuran partikel. Untuk partikel laminar (lembaran) dan fibrilar (serat), panjang, lebar dan tebal, semuanya diperlukan untuk menyatakan ukuran partikel. Tetapi hanya satu dari dimensi-dimensi ini diperlukan berada dalam jangka koloid agar bahan itu dikelompokkan sebagai koloid. Misalnya, sabun dalam suatu gelembung sabun dikelompokkan sebagai koloid, karena tebal lapisan sabunnya hanya beberapa molekul (Keenan, 1984: 456).

Ditinjau dari jenis partikelnya, ada tiga jenis koloid, yaitu :

  1. Dispersi koloid, terdiri atas zat-zat yang tidak larut dengan partikel-partikel yang terdiri dari gabungan banyak molekul. Misalnya dispersi koloid Au dengan jutaan atom emas, As2S3, koloid belerang dengan ribuan molekul S8 dan minyak dalam air.
  2. Larutan makromolekul, berupa larutan dari zat-zat dengan bentuk molekul yang besar hingga mempunyai ukuran kolid. Misalnya protein, hemoglobin, polivinil alkohol, polimer-polimer dalam pelarut organik atau larutan karet.
  3. Asosiasi koloid, terdiri atas larutan zat-zat yang larut dengan berat molekul rendah tetapi membentuk agregat-agregat. Misalnya larutan sabun.

(Team Dosen Teknik Kimia, 2009: 47-48)

Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom maupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau medium pendispersi (Keenan, 1984: 457).

disebut sistem dispersi. Dispersi koloid bersifat heterogen, terdiri atas fase terdispersi dan fase pendispersinya. Baik fase terdispersi maupun fase pendispersinya dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Dari beberapa jenis sistem dispersi, ada tiga bentuk yang penting yaitu bentuk sol, emulsi, dan gel (Team Dosen Teknik Kimia, 2009: 48).

Posting Komentar untuk "Pengertian Keadaan Koloid Antara Suatu Larutan"